RSS

Makalah Motivasi


Makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah psikologi umum satu tentang motivasi. Semoga bermanfaat...


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern menuntut manusia untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia menjadi syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan dari suatu negara, yaitu dengan meningkatkan kualitas pendidikan.
Salah satu faktor dari dalam diri setiap individu dalam berhasil atau tidaknya dalam suatu proses belajar mengajar adalah adanya motif dan motivasi belajar yang dimiliki individu tersebut.
Motif atau dalam bahasa Inggris motive, berasal dari kata motion yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Motif adalah alasan – alasan atau dorongan – dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia itu berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya memiliki motif.
Selain motif, dikenal juga istilah motivasi. Motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Seseorang melaksanakan kecakapan karena adanya suatu motif. Jika motif ini tidak timbul, belum tentu seseorang itu dapat berbuat demikian.
 Dalam suatu kegiatan belajar, motif dan motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak yang berasal dari dalam diri setiap individu dan menimbulkan semangat untuk kelangsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal dalam pendidikan karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.
Motivasi memiliki peranan yang penting dalam proses pendidikan, baik bagi pengajar maupun siswa. Seorang pengajar perlu memiliki motivasi agar dapat meningkatkan motivasi belajar dari siswanya. Sedangkan bagi siswa, motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar sehingga siswa tersebut senang belajar dan mendapat prestasi yang baik.  
Seorang mahasiswa perlu memiliki motivasi belajar karena terkadang sebagian besar orang mengalami penurunan keinginan untuk belajar ketika di perguruan tinggi. Penurunan hasrat untuk belajar ini bisa disebabkan karena berbagai hal, baik dari luar maupun dalam individu tersebut. Maka pentinglah adanya motivasi belajar, karena motivasi ini akan menumbuhkan semangat seorang mahasiswa untuk belajar sehingga bisa menyelesaikan study tepat pada waktunya dan memperoleh nilai yang memuaskan atau cumlaude.
Karena itulah motivasi belajar sangat diperlukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa agar siswa dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam bidang pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian motif dan motivasi ?
2.      Apa yang dimaksud lingkaran motivasi ?
3.      Apa saja tipe – tipe (klasifikasi) dari motivasi ?
4.      Apa yang dimaksud motivasi belajar dan apa saja faktor – faktor yang mempengaruhinya?
5.      Apa saja faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya?
6.      Bagaimana upaya atau cara untuk membangkitkan motivasi belajar mahasiswa?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari motif dan motivasi
2.      Untuk mengetahui lingkaran motivasi
3.      Untuk mengetahui tipe – tipe (klasifikasi) dari motivasi
4.      Untuk mengetahui pengertian motivasi belajar dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhinya.
5.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya.
6.      Untuk mengetahui upaya atau cara untuk membangkitkan motivasi belajar mahasiswa.
D.    Metode Penelitian
            Dalam penulisan makalah ini, penyusun menggunakan studi literatur yaitu data atau informasi dari buku – buku dan internet.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dari Motif dan Motivasi
Motif atau dalam bahasa Inggris motive, berasal dari kata motion yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi motif adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia atau lebih sering disebut dengan perbuatan atau tingkah laku.
Motif adalah alasan – alasan atau dorongan – dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia itu berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya memiliki motif. Motif manusia bisa bekerja secara sadar maupun tidak sadar. Motif manusia dapat berupa dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak lain, yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu. Motif memberikan tujuan dan arah pada tingkah laku kita.
Motif itu adalah tujuan. Tujuan yang dimaksud disini adalah insentif (insentive). Intensif bisa diartikan sebagai suatu tujuan yang menjadi arah suatu kegiatan yang bermotif. Motif adalah kondisi yang mendorong seseorang untuk mencari suatu kepuasan atau mencapai suatu tujuan. Jadi motif adalah suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan, atau bersikap tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Selain motif, dikenal juga istilah motivasi. Motivasi berasal dari bahasa inggris Motivation. Motivasi adalah istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Seseorang melaksanakan kecakapan karena adanya suatu motif. Jika motif ini tidak timbul, belum tentu seseorang itu dapat berbuat demikian.
Sesungguhnya, motivasi itu sendiri bukan merupakan sesuatu yang netral atau kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor – faktor lain, misalnya pengalaman masa lampau, kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita – cita hidup, dan masih banyak lagi.
Pengertian motivasi menurut para ahli adalah :
1.       Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987) mengemukakan bahwa motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
2.       Mitchell (dalam Winardi, 2002) mengemukakan bahwa motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.
3.       Gray (dalam Winardi, 2002) mengemukakan bahwa motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
4.       Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku ( motivating states ), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut ( motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals or ends of such behavior ).
5.       McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003).
6.       Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.
B.     Lingkaran Motivasi
Motivasi dipengaruhi oleh beberapa unsur, yaitu unsur kebutuhan, tujuan, dan tingkah laku. Dalam perumusan dapat kita lihat beberapa unsur pada tingkah laku membentuk suatu lingkaran motivasi.
 



      





1.      Kebutuhan
Dalam psikologi, konsep kebutuhan merupakan landasan bagi sejumlah karya teoritis paling penting dalam disiplin ilmu tersebut, termasuk disonansi kognitif, teori pertukaran sosial, teori atributif, dan beberapa aliran psikoanalisis.
Teori – teori tentang kebutuhan, diantaranya yaitu :
a.      Hierarki Kebutuhan Maslow
Hierarki Kebutuhan Maslow adalah salah satu teori motivasi paling terkenal yang dapat dijumpai di hampir semua buku pelajaran psikologi di universitas. Teori ini sangat berpengaruh dalam psikologi industry dan organisasi sebagai motivasi kerja dan digunakan dalam bidang terapan lainnya, seperti konseling, pemasaran, dan pariwisata. Menurut maslow kebutuhan manusia sebagai pendorong (motivator) membentuk suatu hierarki atau jenjang peringkat. Didalam diri setiap manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu:
1.      Kebutuhan yang bersifat fisiologis
2.      Kebutuhan akan rasa aman, keselamatan dan perlindungan
3.      Kebutuhan cinta dan memiliki - dimiliki
4.      Kebutuhan penghargaan
5.      Kebutuhan aktualisasi diri
b.      Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth)
Alderfer (1972), mengemukakan tentang tiga kategori kebutuhan yaitu :
1.      Existence atau eksistensi, meliputi kebutuhan fisiologis.
Contohnya adalah rasa lapar, haus, seks, juga kebutuhan materi seperti gaji.
2.      Relatedness atau keterkaitan, menyangkut hubungan dengan orang – orang yang penting bagi seseorang, seperti keluarga, teman, sahabat, dan penyelia tempat kerja.
3.      Growth atau pertumbuhan, meliputi keinginan untuk produktif dan kreatif dengan mengerahkan segenap kesanggupan.
Pada umumnya konsep kebutuhan ERG adalah penghalusan dari kebutuhan Marslow, namun berbeda dalam dua aspek, yaitu :
1.      Meskipun urutan serupa, ide hierarki tidak dimasukkan
2.      Meskipun suatu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan tersebut dapat berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam keputusan.
c.       Teori Motivasi Dua Faktor
Frederick Herzberg (1966) menganalisis motivasi manusia dalam organisasi dan memperkenalkan teori motivasi dua faktor. Teori ini membicarakan dua golongan utama kebutuhan menutup kekurangan dan kebutuhan pengembang.
Dengan menggunakan teknik insiden kritis, Herzberg mengumpulkan data tentang kepuasan dan ketidakpuasan orang dalam pekerjaan mereka. Analisisnya menimbulkan dua kumpulan faktor yang memuaskan kebutuhan manusia, yaitu :
1.      Kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja
2.      Kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja disebut motivator, yang meliputi prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan, atau promosi pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuhan pribadi. Faktor – faktor ini jika ditanggapi secara positif, maka pegawai akan cenderung akan merasa puas dan termotivasi. Namun sebaliknya, bila faktor – faktor tersebut tidak ada di tempat kerja, maka pegawai akan kekurangan motivasi, namun tidak berarti mereka tidak puas dengan pekerjaan mereka.
Faktor – faktor yang berkaitan dengan ketidakpuasan disebut faktor pemeliharaan (maintance) atau kesehatan (hygiene), yang meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja, administrasi, kebijakan organisasi, dan hubungan antarpribadi dengan rekan kerja, atasan, bawahan di tempat kerja. Bila faktor – faktor ini ditanggapi dengan positif, pegawai yang akan mengalami kepuasaan atau tampak termotivasi, namun sebaliknya jika faktor – faktor tidak ada maka pegawai akan merasa tidak puas.
d.      Teori Desakan Kebutuhan Murray
Menurut Murray, kebutuhan – kebutuhan manusia berdiri sendiri – sendiri, terpisah satu sama lain. Jika kita mengetahui kekuatan atau tingkatan kepuasan satu kebutuhan, tidak berarti kita akan tahu pula mengetahui pula mengenai kebutuhan – kebutuhan lain. Jadi untuk mengetahui apa yang memotivasi, kita harus mengukur kekuatan semua kebutuhan yang penting, dan bukan hanya sekedar menentukan tingkat yang telah dicapainya dalam suatu hierarki atau jenjang kebutuhan.
Teori motivasi kebutuhan Henry A. Murray (1983) dinamakan teori kebutuhan manifestasi atau teori desakan kebutuhan. Setiap orang dianggap memiliki jenis kebutuhan yang berbeda yang mempengaruhi perilaku. Secara keseluruhan, Murray berpendapat bahwa setiap orang mempunyai kira – kira dua lusin kebutuhan. Ia yakin bahwa kebutuhan lebih banyak diperoleh dari luar, bukan sesuatu yang diwarisi, dan diaktifkan oleh isyarat di lingkungan luar.
e.       Teori kebutuhan McClelland
McClelland adalah seorang psikolog sosial yang terkenal dengan pemikirannya mengenai kebutuhan untuk berprestasi. Konsep ini disingkat dengan symbol n-Ach. Menurut David McClelland untuk membuat suatu pekerjaan berhasil, yang paling penting adalah sikap terhadap pekerjaan tersebut. Orang dengan n-Ach tinggi, yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi, akan mengalami kepuasan bukan karena imbalan dari hasil karyanya melainkan karena hasil kerjanya dianggap sangat baik.
Kebutuhan untuk berprestasi, menurut McClelland adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, cepat, efektif, dan efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Ini disebabkan virus mental. Virus Mental adalah daya pendorong yang apabila terjangkit di dalam jiwa manusia, daya tersebut akan berkembang biak dengan cepat dan akan meluas serta menimbulkan dampak dalam kehidupan.
Selanjutnya McClelland mengatakan bahwa dalam sebuah masyarakat terdapat orang yang memiliki n-Ach yang tinggi maka masyarakat tersebut akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
f.       Teori Harapan Victor Vroom
Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori tentang motivasi berdasarkan jenis – jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu tujuan. Teori harapan memiliki tiga asumsi pokok, yaitu :
1.    Setiap individu percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil. Jadi kita dapat mendefinisikan suatu harapan hasil sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.
2.    Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence). Jadi kita dapat mendefinisikan valensi sebagai nilai yang diberikan orang pada suatu hasil yang diharapkan.
3.    Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Hal ini disebut  harapan usaha (effort). Jadi kita dapat mendefinisikan harapan usaha sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan pencapaian tujuan tertentu.
2.    Tingkah Laku
          Tingkah laku adalah sebagai cara atau alat yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Sebenarnya semua perilaku merupakan serentetan kegiatan. Para psikolog tertarik pada hal yang membuat orang melakukan suatu perbuatan dan yang membuat mereka seperti apa adanya. Namun, kita tidak mungkin mengkaji dan mengobservasi semua itu secara langsung.
Sebetulnya amat sukar untuk mengenal jiwa manusia karena sifatnya yang abstrak. Satu – satunya cara yang bisa dilakukan adalah mengobservasi tingkah lakunya meskipun tingkah laku tidak merupakan pencerminan jiwa keseluruhan. Jiwa selalu diekspresikan melalui jiwa dan raga. Walaupun begitu, karena keunikan manusia pula, kita tidak boleh memberikan penilaian tertentu terhadap jiwa seseorang atas dasar pengamatan tingkah laku, sebab ada orang yang menangis bukan karena sedih melainkan karena senang.
Misalnya kita mengajukan pertanyaan tentang bermacam – macam manusia : “Apakah kebenaran yang mendasar dan tanpa kecuali mengenai tingkah laku manusia” kepada para mahasiswa, anggota serikat pekerjaan, manajer, arsitek, guru, dan dokter. Jawaban – jawaban akan mengandung kesimpulan umum sebagai berikut (Leavitt, 1978) :
·      Manusia adalah produk dari lingkungan
·      Manusia menginginkan keamanan
·      Yang dikehendaki manusia adalah roti dan keju atau nasi dan ikan.
·      Manusia pada dasarnya malas
·      Manusia pada dasarnya suka mementingkan diri sendiri
·      Manusia hanya mengerjakan apa yang harus mereka kerjakan
·      Manusia adalah makhluk yang dibentuk oleh kebiasaan
·      Manusia adalah produk dari sifat – sifat yang diturunkan nenek moyang.
Dalam rangkaian pernyataan tersebut, menurut Leavitt (1978), terkandung tiga asumsi penting, yaitu :
Pertama, pandangan tentang sebab – akibat (causality), yaitu pendapat bahwa setiap tingkah laku manusia itu ada sebabnya. Sebab musabab merupakan hal mutlak bagi paham bahwa lingkunan dan keturunan mempengaruhi tingkah laku dan bahwa apa yang ada di luar mempengaruhi apa yang ada di dalam.
Kedua, pandangan tentang arah atau tujuan (directedness), yaitu tingkah laku manusia disebabkan tidak hanya disebabkan oleh sesuatu, tetapi juga menuju kearah sesuatu.
Ketiga, konsep tentang motivasi (motivation), yang melatarbelakangi tingkah laku yang dikenal juga sebagai suatu desakan, keinginan, kebutuhan, atau dorongan.
Psikologi memandang tingkah laku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya, memang terdapat bentuk tingkah laku instingsif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan.
Menurut Saifuddin Azwar, salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat diferensialnya (Azwar, 1995). Maksudnya satu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respons yang berbeda, dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respons yang sama,. Secara ilustratif digambarkan sebagai berikut :



Ilustrasi Sifat Diferensial Perilaku







Dalam ilustrasi di atas, S melambangkan bentuk stimulus lingkungan yang diterima oleh individu I yang menimbulkan respons yang dilambangkan R. Jadi respons R3 dapat saja timbul dikarenakan stimulus S3 ataupun oleh S1 dan S2 dapat saja menimbulkan respons R2 ataupun respons R4.
C.T. Morgan menyebut instrumental behavior untuk tingkah laku yang dipergunakan sebagai alat atau cara agar tujuan tercapai. Tingkah laku ini, apakah sesuai atau tidak sesuai, baik atau tidak baik, melanggar atau tidak melanggar norma, semuanya disebut tingkah laku. Selanjutnya Morgan mengemukakan beberapa bentuk tingkah laku instrumental sebagai berikut :
1.  Aktivitas, ialah gerakan – gerakan yang timbul menyertai adanya kebutuhan
2.  Gerakan – gerakan naluriah, ialah suatu gerakan yang dapat dilakukan tanpa dipelajari terlebih dahulu.
3.  Refleks, ialah suatu gerakan yang diperlihatkan orang untuk mempertahankan atau melindungi tubuh dari kemungkinan – kemungkinan cacat, cedera, luka, dan lain – lain.
4.  Belajar secara instrumental, ialah mempelajari sesuatu yang terjadi tanpa sengaja.
Setelah membericarakan tingkah laku, ada hal yang lain yang penting juga untuk diperhatikan, yaitu bagaimana seorang bertingkah laku maka seseorang akan melalui tahap – tahap sebagai berikut (Dirgagunarsa, 1996)
1.    Adanya atau timbulnya konflik
2.    Pertarungan antara motif – motif bilamana pada saat terdapat beberapa motif yang muncul secara serempak
3.    Mengambil keputusan atau menentukan pilihan motif
4.    Mewujudkan tingkah laku yang bermotivasi.
Berkaitan dengan tahapan di atas, yang perlu kita perhatikan adalah tahapan kedua, tahap pertarungan antara motif – motif, karena menurut Dirgagunarsa, tahap ini bisa membawa seseorang kedalam suatu situasi konflik.
Konflik mempunyai beberapa bentuk, (Dirgagunarsa, 1996:98-99)
1.   Konflik mendekat – mendekat
Konflik ini timbul jika terdapat dua motif yang kesemuanya psitif (menyenangkan, menguntungkan), sehingga muncul kebimbangan untuk memilih salah satu diantaranya.
2.   Konflik mendekat – menjauh
Konflik ini timbul jika pada waktu yang sama ada dua motif yang berlawanan mengenai suatu objek, motif yang satu positif (menyenagkan) dan yang lain adalah negative (merugikan) sehingga menimbulkan suatu kebimbangan.
3.   Konflik menjauh – menjauh
Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negative dan muncul kebimbangan karena menjauhi motif negative yang satu berarti harus memenuhi motif negative yang lain.
3.    Tujuan
Unsur ketiga dari lingkaran motivasi adalah tujuan yang berfungsi untuk memotivasi tingkah laku dan juga menentukan seberapa aktif individu akan bertingkah laku. Pada dasarnya tingkah laku manusia itu bersifat majemuk. Selain tujuan pokok (primary goal), ada pula tujuan lain atau tujuan sekunder (secondary goal).
Sebagaimana halnya dalam proses belajar instrumental, tujuan sekunder juga diperoleh melalui suatu proses belajar. Akan tetapi berbeda dengan proses belajar instrumental, seseorang seakan – akan secara sengaja mempelajari suatu cara untuk memperoleh sesuatu, dalam terjadinya tujuan sekunder, tidak ada persoalan sengaja atau tidak sengaja.
Tujuan ini juga bisa berupa objek yang konkret atau berupa objek yang abstrak. Dan bila tujuan – tujuan ini bisa diperoleh, kebutuhan – kebutuhan terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan – kebutuhan ini juga barangkali hanya untuk sementara, sebab pada saat lain, kebutuhan – kebutuhan itu mungkin bisa timbul lagi.

C.    Tipe – Tipe (Klasifikasi) dari Motivasi
Para psikolog berusaha mengklasifikasikan atau menggolongkan motif yang ada dalam diri manusia ke dalam beberapa golongan, yaitu :
1.    Motif primer dan motif sekunder
Suatu motif disebut motif primer bila dilatarbelakangi oleh proses fisio – kemis di dalam tubuh. Dengan kata lain motif primer ini bergantung pada keadaan organic individu. Yang termasuk motif primer adalah motif lapar, haus, seks, bernafas, dan istirahat. Motif primer sangat bergantung pada keadaan fisiologis, terutama berujuan mempertahankan equilibrium di dalam tubuh. Kecenderungan untuk selalu mempertahankan keadaan seimbang di dalam tubuh ini disebut homeostatis.
Adapun motif seknder adalah motif yang tidak bergantung pada proses fisio – kemis yang terjadi di dalam tubuh. Semua motif yang tidak langsung pada keadaan organism individu dapat digolongkan dalam motif sekunder. Sebagai contoh rasa takut.
2.    Motif Intrinsik dan motif ekstrinsik
Motif intrinsic adalah moti yang berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar. Dalam individu sendiri, memang telah ada dorongan itu. Seseorang melakukan sesuatu karena ingin melakukannya. Sebagai contoh orang yang gemar membaca buku tanpa adanya dorongan maka dia akan mencari sendiri buku – buku untuk dibacanya.
Motif ekstrinsik adalah motif yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Misalnya, seseorang melakukan sesuatu karena untuk memenangkan hadiah yang ditawarkan untuk perilaku tersebut.
3.    Motif tunggal dan motif bergabung
Motif tunggal adalah motif yang berdiri sendiri yang tidak dipengaruhi oleh motif lain. Misalnya membaca surat kabar.
Motif bergabung adalah motif tunggal yang bergabung dengan motif tunggal lain untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya membaca surat kabar untuk mencari artikel yang berhubungan dengan tugas mata kuliah.
4.    Motif mendekat dan motif menjauh
Motif mendekat adalah motif yang bila ada stimulus yang datang, reaksi yang diberikan bersifat mendekati stimulus. Stimulus yang menimbulkan respons mendekat disebut stimulus positif.
Motif menjauh adalah motif yang bila ada stimulus yang datang, respons yang diberikan bersifat menjauh atau menghindari stimulus yang datang. Stimulus yang menimbulkan respons menjauh disebut stimulus negative.
5.    Motif sadar dan motif tak sadar
Motif sadar adalah motif yang melatarbelakangi tingkah laku seseorang dan orang tersebut mengerti alasannya berbuat demikian.
Motif yang tidak sadar adalah motif yang melatarbelakangi manusia berbuat sesuatu, namun orang tersebut tidak bisa mengatakan alasannya.
6.    Motif biogenetis, sosiogenetis, dan teogenetis
Motif biogenetis adalah motif yang berasal dari kebutuhan organism orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenetis ini bercorak universal dan kurang terkait lingkungan kebudayaan tempat manusia itu berada dan berkembang. Sebagai contoh motif biogenetis adalah lapar, haus, istirahat, mengambil nafas, seks, dan buang air.
Motif sosiogenetis adalah motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang itu berda dan berkembang. Motif ini berkembang berdasarkan interaksi sosial dengan orang – orang atau hasil kebudayaan orang.
Motif teogenetis adalah motif yang berasal dari interaksi antara manusia dan Tuhan. Manusia memerlukan interaksi dengan Tuhannya untuk bisa menyadari tugasnya sebagai manusia yang berketuhanan dalam masyarakat yang beragama ini.

D.    Motivasi Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengarkan kata-kata, “belajarlah yang giat”, “belajar pangkal pandai”, dan lain sebagainya. Banyak dari kita yang salah mempersepsikan belajar sebagai kegiatan yang hanya membaca buku saja, berarti orang yang rajin belajar adalah orang yang rajin membaca buku.
Belajar bukanlah dalam ruang lingkup itu saja. Belajar adalah suatu proses interaksi diri yang melibatkan fisik, psikis dan lingkungan untuk mencapai tujuan , yaitu adanya perubahan yang bersifat progressif (maju) dalam ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (perilaku). Dengan memahami betul konsep tersebut, ternyata belajar itu sangat luas sekali dan tidak hanya terbatas pada “membaca” saja. Interaksi diri yang melibatkan fisik artinya adanya pengindraan yang bisa menunjang proses belajar tersebut.
Psikis artinya adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk belajar. Dan lingkungan, artinya kekondusifan environmental sangat dibutuhkan dalam belajar. Semua interaksi ini ditujukan agar pengetahuan seseorang, sikap (moral) dan tindakan bisa mengalami kemajuan.
Sebagai contoh, mari kita amati ilustrasi berikut ini. “Pada saat Pram sedang asik naik sepeda motor tiba-tiba ban sepeda motornya terkena paku dan terpaksa harus ditambal, setelah tengak-tengok kesana-kemari ternyata dipingir jalan ada tukang tambal ban. Pram langsung mendatangi tambal ban itu. Setelah sampai disana ban sepedanya langsung diproses dengan sangat cepatnya oleh tukang tambal ban, selama disana Pram melihat cara kerja, peralatan yang dipakai, bahkan dia bertanya berapa modal, keuntungan dan kerugian, harga ini dan harga itu, dan sebagainya. Dengan adanya peristiwa ini ranah kognitifnya menjadi luas dengan mengetahui tentang dunia penambalan ban. Dengan pengetahuan yang tidak disengaja ini juga, dia menjadi tertarik akan lapangan pekerjaan tersebut (ranah afektif). Sehingga dia membuka usaha penambalan ban dengan memperkerjakan banyak orang (ranah psikomotorik), tentu saja dari trik-trik yang dia dapatkan dari pengetahuan tadi”. Hal yang dilakukan Pram ini adalah contoh salah satu proses belajar. Sangat luas sekali definisi dari belajar ini serta proses berlangsungnya bisa dimana saja, kapan saja dan tidak terbatas oleh waktu. Dengan latar belakang itu maka muncullah suatu konsep belajar sepanjang hayat. Dimana belajar tidak terbatas ruang dan waktu. Lalu apa hubungan motivasi dengan belajar ?. Sebelum beranjak lebih lanjut, mari kita pahami konsep dari motivasi itu sendiri.
Motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia. Ada tiga factor yang mempengaruhi motivasi seseorang yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan.
Apabila seseorang mempunyai kebutuhan yang mendesak maka motivasinya akan meningkat, misalnya ; ada orang yang sangat lapar karena tidak makan selama tiga hari – tiga malam (lapar merupakan kebutuhan biologis) maka dia akan makan dengan sangat lahap, dari pada orang yang perutnya kenyang. Hal ini menggambarkan tentang motivasi makan.
Dorongan juga sangat mempengaruhi motivasi. Dorongan ini biasanya berupa reward (penghargaan) dan punishment (hukuman). Misalnya seorang anak yang takut diberi hukuman bila tidak mengerjakan PR oleh gurunya, maka dia akan memaksakan diri untuk mengerjakan meskipun dia tidak bisa. Begitupun juga, misalnya seorang guru yang bernama “X” berjanji akan membelikan Honda Jazz bagi yang mengerjakan PR. Jangankan murid dikelasnya, murid dikelas lain, atau bahkan murid disekolah-sekolah lainnya akan berebutan mengerjakan PR yang diberikan oleh guru “X” tadi.
Faktor terakhir yang mempengaruhi motivasi adalah tujuan. Tujuan, cita-cita, dan visi seseorang sangat mempengaruhi motivasi. Karena hal inilah, bapak besar proklamtor bangsa Indonesia Ir Soekarno pernah berkata, “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”. Hal ini sangatlah benar, misalnya seorang perempuan yang bercita-cita hanya sebagai ibu rumah tangga maka motivasinya dalam bersekolah, beraktualisasi diri dan mengukir prestasi akan rendah, karena tujuan hidup bagi dia jelas sekali, hanya berkisar dapur, sumur, dan kasur (ungkapan adat jawa tradisional terhadap para perempuan). Hal tersebut akan berbeda bila kita bandingkan dengan seorang perempuan yang bercita-cita ingin jadi presiden, dia akan belajar dengan giat, mencoba aktif dalam partai-partai politik, mengukir prestasi yang bisa mengangkat harkatnya sebagai seorang wanita.Setelah memahami hal tersebut diatas maka bisa dilanjutkan pembahasan tentang bagaimanakah pengaruh motivasi terhadap belajar.
Belajar tanpa motivasi bagaiakan kendaraan bermotor tanpa bahan bakar, sehingga semewah apapun kendaraan tersebut tidak akan bisa dijalankan tanpa adanya bahan bakar. Selengkap apapun fasilitas yang dimiliki seseorang, meskipun ribuan eksemplar buku yang dia miliki, walaupun ratusan juta rupiah biaya yang dimiliki untuk pendidikan, tidak akan berpengaruh jika motivasi belajar tidak melekat didalam dirinya. Begitupun sebaliknya, seminim dan semiskin apapun seseorang apa bila motivasi belajarnya tinggi maka kekurangan didalam dirinya hanyalah kerikil kecil yang menghalangi langkah. Oleh karena itu apabila motivasi yang bersifat intrinsik (dari dalam diri) tidak dipunyai, maka motivasi ekstrinsik (dari luar diri) harus segera aktif untuk membangkitkan motivasi intrinsik tersebut. Motivasi ekstrinsik yang paling utama adalah dari orang tua atau keluarga. Hal ini dikarenakan semenjak kecil anak bersosialisasi, menerima pendidikan (pendidikan informal) pertama kalinya adalah didalam keluarga, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan pendidikan yang terpenting atau utama terhadap perkembangan pribadi anak (Drs. Suwarno). Banyak kita ketahui orang tua yang hanya memberikan uang kepada anaknya untuk kuliah, dilengkapinya fasilitas kendaraan bermotor, Handphone, komputer, dll. Memang benar apabila lengkapnya fasilitas akan sangat menunjang seseorang dalam belajar, namun tanpa adanya motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik fasilitias tersebut tidak akan berpengaruh , bahkan bisa saja disalah gunakan. Dari hal ini maka muncullah kenakalan remaja, misalnya kebut-kebutan dijalan, uang SPP untuk beli narkoba, bahkan untuk berzinah.Dengan pembahasan yang panjang lebar tersebut diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan. Belajar sebagai proses interaksi untuk mencapai tujuan akan lbeih efektif, bila ditunjang dengan motivai yang tinggi, baik yang berupa intrinsik maupun ekstrinsik. Dan orang tua adalah hal yang signifikan dalam membangkitkan motivasi seseorang.
E.     Faktor-faktor Yang Membedakan Motivasi Belajar Seseorang dengan Yang Lainnya
Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:
       Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual
       Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
       Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
       Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
       Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

F.     Upaya Atau Cara Untuk Membangkitkan Motivasi Belajar Mahasiswa.
Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya. Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar lulus dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya.
Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:
Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi.
Berikut beberapa upaya atau cara yang dapat meningkatkan motivasi belajar yaitu:
1.    Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar
Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar.
Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi.
Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi.
2.    Mau belajar semua hal baru
Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita harus mau belajar menguasai hal – hal baru yang sebelumnya kita tidak bisa, misalnya belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.
3.    Belajar dari internet
Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.
4.    Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif
Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.
5.    Cari motivator
Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.














BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka yang telah penyusun temukan mengenai motivasi maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.
2.      Motivasi dipengaruhi oleh beberapa unsur, yaitu unsur kebutuhan, tujuan, dan tingkah laku yang membentuk suatu lingkaran motivasi.
3.      Para psikolog mengklasifikasikan motif kedalam beberapa golongan, yaitu motif primer dan motif sekunder, motif intrinsik dan motif ekstrinsik, motif tunggal dan motif bergabung, motif mendekat dan motif menjauh, motif sadar dan motif tak sadar, dan motif biogenetis, sosiogenetis, dan teogenetis
4.      Belajar adalah suatu proses interaksi diri yang melibatkan fisik, psikis dan lingkungan untuk mencapai tujuan. Motivasi belajar adalah dorongan yang dimiliki seseorang untuk bisa menguasai suatu hal. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah faktor kebutuhan, dorongan, dan tujuan dari belajar tersebut.
5.      Setiap orang memiliki perbedaan motivasi belajar. Hal ini karena dipengaruhi faktor fisiologis, rasa aman, kasih saying, harga diri, dan aktualisasi diri.
6.      Upaya atau cara meningkatkan motivasi belajar misalnya dengan cara bergaul dengan orang yang senang belajar, mau belajar hal baru, belajar dari internet, bergaul dengan orang yang selalu optimis dan bepikiran positif, dan mencari motivator.
B.       Saran
     Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu pentingnya motivasi dalam keberhasilan pendidikan seseorang, karena dapat meningkatkan semangat seseorang untuk meraih tujuan dan cita – citanya. Oleh karena itu penyusun menyarankan agar setiap orang, khususnya mahasiswa memilki motivasi dalam belajar agar dapat menyelesaikan study tepat pada waktunya dan mendapatkan Indeks Prestasi yang memuaskan (Cumlaude).


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar